APAKAH JAMINAN KESEHATAN TERKAIT DENGAN PERILAKU FERTILITAS RISIKO TINGGI SEPERTI HALNYA FAKTOR SOSIODEMOGRAFI?
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil kehamilan risiko tinggi dan menjelaskan hubungan faktor sosiodemografi dan jaminan kesehatan dengan perilaku fertilitas risiko tinggi. Faktor paritas, umur ibu dan interval kelahiran digunakan sebagai kriteria penentuan kategori dari kehamilan risiko tinggi. Umur kawin pertama, jumlah anak diinginkan, tingkat pendidikan dan jaminan kesehatan digunakan sebagai variabel bebas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan bersifat potong lintang bertempat di Palembang dilaksanakan pada bulan Maret-April 2014. Sebanyak 124 ibu hamil dengan sifat kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan diwawancarai saat melakukan kunjungan antenatal. Interpretasi hasil menggunakan pendekatan uji beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% dari kehamilan risiko tinggi mememiliki risiko tunggal. Faktor umur kawin pertama, jumlah anak diinginkan istri dan jaminan sosial diketahui memiliki hubungan dengan perilaku fertilitas risiko tinggi. Faktor tingkat pendidikan diketahui tidak membedakan perilaku fertilitas risiko tinggi. Norma sosial pronatalis yang kuat ditenggarai sebagai faktor pendorong dari hubungan yang terjadi. Hasil penelitian mengindikasikan perlunya eksaminasi lebih lanjut untuk mengetahui dampak penerapan reformasi jaminan kesehatan terhadap pembangunan kesehatan reproduksi.
Unduhan
Referensi
2. UNFPA. Programme Manager’s Planning Monitoring & Evaluation Toolkit. Tool Number 6: Programme Indicators. Part II: Indicators for Reducing Maternal Mortality. Technical Support Division-Reproductive Health Branch, United Nations Population Fund; 2004
3. Becker GS. A Theory of Marriage. In: Schultz TW. (editor). Economics of The Family: Marriage, Children, and Human Capital. The National Bureau of Economic Research; 1974.
4. Caucutt EM, Guner N, Knowles J. Why do women wait? Matching, wage inequality, and the incentives for fertility delay. Review of Economic Dynamics. 2002; 5:815–855. doi:10.1006/redy.2002.0190
5. Mazumdar S, Mills A, Powell-Jackson T. Financial Incentives in Health: New Evidence from India's Janani Suraksha Yojana. 2011 (sumber: http://www.herc.ox.ac.uk/people/exstaff/tpowelljackson/financial%20incentives%20in%20health)
6. Cohen A, Dehejia R, Romanov D. Financial incentives and fertility. Paper presented at: the Annual Meeting of European Association for Labor Economics 2009. (sumber: http://econ.tau.ac.il/sapir)
7. Joyce T, Kaestner R, Korenman S, Henshaw S. Family cap provisions and changes in births and abortions. National Bureau of Economic Research Working Paper 10214; 2004. (sumber: http://www.nber.org/papers/w10214)
8. Bergmann BR. Becker’s Theory of the Family: Preposterous Conclusions. Special Report: Feminist Economic. Challenge, Jan-Feb 1996; 39,1.
9. Cvorovic J. Juvenile Marriages, Child-brides and Infant Mortality among Serbian Gypsies. Glasnik Etnografskog Instituta SANU 2011; 59(2): 27-44. (sumber: www.doaj.org, diakses 13 Maret 2013)
10. Easterlin RA. An Economic Framework for Fertility Analysis. Studies in Family Planning 1975; 6(3):54-63.
11. Dinkes Palembang. Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun 2011. Palembang: Dinas Kesehatan Kota Palembang; 2012
12. Dinkes Palembang. Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun 2012. Palembang: Dinas Kesehatan Kota Palembang; 2013
13. Lemeshow S, Hosmer DW, Klar J, Lwanga SK. Adequacy of Sample Size in Health Studies. Chichester: John Wiley & Sons; 1990
14. Mehta CR, Patel NR. SPSS Exact Test 7.0 for Windows. SPSS Inc; 1996
15. Jones GW, Gubhaju B. Trends in Age at Marriage in the Provinces of Indonesia. Asia Research Institute, working paper series no. 105. National University of Singapore; 2008. (sumber: http://www.ari.nus.edu.sg/docs/wps/wps08_105.pdf, diakses 22 Mei 2014)
16. Berrington A. Perpetual Postponers? Women’s, Men’s and Couples Fertility Intentions and Subsequent Fertility Behaviour. S3RI Application Working Paper A04/09. Southampton Statistical Sciences Research Institute (S3RI); 2004
17. Waller MR, Bitler M. The Consequences of Couples’ Pregnancy Intentions for Early Parental Behaviors and Infant Health: Does It Matter Who Is Asked?. 2007
18. Morgan SP, Rackin H. The Correspondence Between Fertility Intentions and Behavior in the United States. Popul Dev Rev. 2010; 36(1): 91–118. doi:10.1111/j.1728-4457.2010.00319.x.
19. Isen A, Stevenson B. Women’s education and family behaviour: Trends in marriage, divorce and fertility. working paper, no. 2940. CESifo; 2010 (sumber: http://hdl.handle.net/10419/30703, diakses 8 Oktober 2012)
20. Kim J,Engelhardt H, Prskawetz A, Aassve A. Does fertility decrease household consumption? An analysis of poverty dynamics and
fertility in Indonesia. Demographic Research 2006; 20(26):623-656
21. Titaley CR, Dibley MJ, Agho K, Roberts CL, Hall J. Determinants of neonatal mortality in Indonesia. BMC Public Health 2008, 8:232. doi:10.1186/1471-2458-8-232.
22. Dewey KG, Cohen RJ. Does Birth Spacing Affect Maternal or Child Nutritional Status? A Systematic Literature Review. Matern Child Nutr. 2007; 3(3): 151-173
23. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Manual Pelaksanaan JKN-BPJS Kesehatan. Jakarta: BPJS; 2014














